Portal Penyejuk Hati

Ma'had Aly Al-Ihsan

JaddungPragaan Sumenep Madura

HIDUP INI BEGITU SINGKAT

.Penulis; Habibullah Salman M.Ag

كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا (46)

Pada hari ketika mereka melihat hari kiamat itu, mereka merasa seakan-akan hanya tinggal (di dunia) pada waktu sore atau pagi hari-An-Nazi'at, 46

Ada sebuah sya'ir Arab populer, yang berkaitan dengan pengantin baru, berbunyi begini:

يا ليلُ طُلْ، يا نومُ زُلْ , يا صُبحُ قِفْ، لا تَطْلُع

Wahai malam panjanglah…! Wahai tidur hilanglah…!  wahai shubuh diamlah jangan terbit…!

Mengapa pengatin baru sangat mengharap malam agar dipanjangkan, saat subuh divakumkan bahkan diminta tidak terbit? Karena di malam itu mereka dalam keadaan yang sangat menyenangkan. Durasi malam yang 12 jam terasa sebentar bagi mereka. Sementara orang yang sendirian, tanpa seorang teman, dalam kondisi merana, tentu waktu semalam dengan durasi yang sama-sama 12 jam, merupakan saat yang sangat panjang, malah terlalu panjang dan membosankan.

Jadi sebenarnya lama atau cepatnya waktu erat kaitannya dengan kondisi orang yang mengalaminya, bukan  semata-mata disebabkan oleh durasi waktu itu  sendiri. Dalam teori Enstein, waktu disebut relatif, karena sangat dipengaruhi massa dan kecepatan. Namun menurut mufassir seperti al-Biqa'i, waktu sangat relatif karena dipengaruhi perasaan.

Karena itulah, masih menurut al-Biqa'i, orang kafir ketika dibangkitkan kelak di hari kiamat merasa bahwa mereka tinggal di dunia kurang dari sehari. Ayat di atas menggunakan dua kata: 'asyiatan dan dhuha. Kata yang pertama merujuk pada waktu dari tergelincirnya matahari  hingga tenggelam, sementara kata yang kedua menunjuk pada waktu terbitnya matahari hingga tergelincir. Jadi mereka tinggal di dunia terasa hanya setengah hari. Padahal mereka hidup di dunia bertahun-tahun.

Karena masalah waktu erat kaitannya dengan masalah perasaan, maka komentar orang kafir kelak beragam. Ada yang bilang mereka hanya tingga di dunia selama sepuluh hari, sehari, atau - seperti ayat di atas - hanya setengah hari, dan malah sebagian mereka bingung sudah berapa lama mereka tinggal di dunia.

Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan perasaan mereka ketika tinggal di dunia serta kekalutan perasaan mereka tatkala menghadapi siksaan dahsyat yang bakal mereka nikmati. Mereka yang begitu enak tinggal dunia, namun sangat tersiksa di hari kiamat, akan menganggap bahwa mereka hanya hidup di dunia begitu singkat.

Perbandingan antara kesenangan yang pernah dialami di dunia dengan siksaan yang mereka terima di akhirat sangat mempengaruhi presepsi mereka betapa singkatnya hidup mereka di dunia. Bagi mereka yang bingung mengingat berapa lama mereka tinggal di dunia, merupakan dilalah bahwa siksa yang mereka terima benar-benar telah membuat pikiran mereka kacau, karena begitu ketakutan.

            Sebaliknya, dalam kondisi ketakutan, setiap detik yang mereka lewati di  hari kiamat terasa sangat lama, jauh lebih lama dari waktu yang sebenarnya.

            Namun ini bukan berarti - secara nyata tanpa dikaitkan dengan perasaan-  hidup di dunia ini lama dan kehidupan akhirat sebentar. Sama sekali tidak demikian. Al-Quran jelas-jelas memastikan bahwa kehidupan akhirat kelak lebih baik dan lebih lama (kekal). Dibandingkan keabadian kehidupan akhirat, kehidupan dunia tidak ada apa-apanya. Bahkan lebih singkat dari apa yang dirasakan oleh orang-orang kafir.

            Tentang bagaimana singkatnya kehidupan dunia, Allah berfirman,"Dan ingatlah pada hari ketika Allah mengumpulkan mereka, seakan – akan tidak pernah diam di dunia kecuali sesaat saja pada siang hari, (pada waktu) mereka saling berkenalan," QS. Yunus: 45. Jadi hidup di dunia hanya sesingkat saat berkenalan, bukan setengah hari apalagi hingga sepuluh hari.

            Ayat ini oleh al-Biqa'i dianggap sebagai peryataan Allah tentang bagaimana singkatnya kehidupan dunia. Pertanyaan ini, sekali lagi, membuktikan bahwa hidup di dunia  secara nyata lebih singkat dari apa yang dibayangkan oleh orang kafir, yang karena takutnya siksa di akhirat, merasa kehidupan mereka yang menyenangkan  di dunia sangat singkat.

            Ini juga merupakan peringatan bahwa kehidupan kelak di akhirat memang jauh lebih lama, dan akan lebih terasa lama bagi mereka yang berada dalam penderitaan lantaran disiksa. Namun ia tidak akan terasa singkat bagi orang yang diberi kenikmatan karena mereka akan kekal abadi. Kehidupan dunia yang sangat singkat ini sangat tidak sebanding dengan akhirat, dalam segala hal. Jadi sangat merugi jika kehidupan yang hanya sesaat ini akan membuat kita kelak menderita selamanya.

            Dunia ini adalah ladang akhirat. Begitu Nabi bersabda. Kita menanam di dunia, kelak di akhirat kita akan memanen buahnya. waktu kita menanam sangat singkat. Segeralah menanam amal kebaikan agar kelak kita tidak mengeluh bahwa kita seolah-olah tidak hidup di dunia kecuali sesaat saja, sehingga tidak sempat menanam amal kebaikan, persis seperti yang dikatakan oleh orang kafir.

Tulisan Populer
Tulisan Terbaru
Tulisan Terbaca