Portal Penyejuk Hati

Ma'had Aly Al-Ihsan

JaddungPragaan Sumenep Madura

Toleransi Dalam Beragama

Penulis: Ach. Khairuddin

Seperti Apakah Toleransi Dalam Beragama ...?

            Indonesia adalah negara yang sangat menjunjung tinggi demokrasi serta toleransi. Indonesia adalah negara yang anti ateisme atau komunisme, oleh karena itu Partai Komunis Idonesia yang dikenal dengan sebutan PKI dan mempunyai simbol paluarit di bubarkan pada akhir pemerintahan presiden pertama Ir. Soekarno pada tanggal 12 Maret 1966 M.

            Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan negara kita yang memiliki arti "Berbeda-beda tetapi tetap satu jua", apa yang dimaksud dengan berbeda-beda tetapi tetap satu jua? ialah lambang bahwa Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beraneka ragam adat dan budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan tetapi tetap bersatu dalam ikatan yang sama yaitu negara. Tidak di perbolehkan dalam Negara ini menghina ataupun mencoreng suatu kelompok pada kelompok yang lain karena kita semua adalah saudara dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

            Toleransi adalah bagian dari keharusan yang harus kita terapkan bersama supaya kelangsungan hidup bersama yang sejahtera dapat terjaga, termasuk juga toleransi dalam beragama. Jika di tinjau dari segi bahasa dalam KBBI Toleransi adalah sifat atau sikap toleran/menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri, serta agama adalah ajaran sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada tuhan yang maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan antar manusia serta lingkungannya. Berarti toleransi agama adalah sikap saling menghargai dan tidak menistakan antara para penganut agama dalam kepercayaan yang mereka yakini kebenarannya. 

Tahun kemarin, pada acara tribute to riyanto yang di selenggarakan pada tanggal 19 Desember 2022 M di pendopo rumah dinas wakil bupati mojokerto di hadiri oleh Habib Husain Ja’far Al-Hadar dan Mbah Sujiwo Tedjo. Dalam acara tersebut Mbah Sujiwo Tedjo menyampaikan sebuah narasi tentang toleransi dalam beragama yang sedang diterapkan di Indonesia. Bunyi narasi tersebut ialah: “Toleransi di Indonesia menurutku tidak ada atau kalaupun ada itu semu, toleransi yang sedang berlangsung di Indonesia sekarang adalah silahkan kamu jalani  keyakinanmu, silahkan kamu jalani keyakinanmu, silahkan kamu jalani keyakinanmu dan aku akan menjalani keyakinanku dan keyakinankulah yang paling benar. Gimana…! ini disulut dikit jadi api, toleransi yang aku bayangkan dan aku yakini ada pembenarannya di kitab suci adalah silahkan kalian jalani keyakinanmu silahkan kalian jalani keyakinanmu silahkan kalian jalani keyakinanmu, semoga kelak kita akan bertemu pada kebenaran yang sama”.

                Dalam narasi tersebut terdapat kejanggalanFokus pada kalimat yang bergaris bawah!, menurut beliau kata-kata “keyakinankulah yang paling benar” tidak sesuai dengan toleransi agama yang sebenarnya. sepantasnya diganti dengan  kalimat “semoga kelak kita akan bertemu pada kebenaran yang sama”. Oke, jika yang dimaksudkan dari penggantian kalimat tersebut adalah dalam situasi berinteraksi antar agama kami tidak mempermasalahkan. Karena, tuntutan kita sebagai bangsa Indonesia memang harus saling menghargai satu sama lain dan tidak merasa paling baik ketika berdialog dengan orang yang beda haluan dengan kita. Akan tetapi jika yang dimaksud dengan kalimat tersebut adalah pembenaran kita terhadap keyakinan meraka yang beda agama maka inilah titik yang sangat fatal  dalam prinsip beragama yang benar. Hal itu dikarenakan kita dituntut untuk meyakini sepenuh hati kepercayaan yang kita pegang dan tidak mencampuraduk agama kita dengan agama yang lain. Dengan membenarkan keyakinan yang mereka anut berarti kita sudah mencoreng keyakinan yang sedang kita anut dan melepaskan dalam hati kita kemantapan dan ketulusan dalam beragama.  Nah, kami yakin tidak ada seorang pun yang beragama dengan agama tertentu yang tidak bangga serta tidak meyakini bahwa agamanya yang paling benar. Maka dari itu buat apa kita menyatakan beragama jika kita tidak meyakini bahwa agama itu yang paling benar …? dengan cara mencampuraduk keyakinan agama kita dengan keyakinan agama lain.

            Dalam islam itu sendiri memiliki prinsip, dalam segi akidah kita dilarang keras meyakini kebenaran agama selain islam dan barang siapa meyakini kebenarannya maka otomatis dia telah keluar dari agama islam dalam artian dia telah murtad. Sedangkan dalam ranah sosial, islam menuntut untuk bersikap lemah lembut dan saling menghormati kepada pemeluk agama lain. Dengan prinsip seperti itu eksistensi agama islam akan terpelihara kemurniannya, begitu juga eksistensi agama lain, yang mana pemeluknya tidak ingin eksistensi dari agamanya ternodai kecuali pemeluk agama yang berkhianat pada agamanya sendiri. Jadi, kesimpulannya dalam hidup bernegara kita harus saling menghargai antara agama satu dengan agama yang lain sekalipun kita dituntut untuk meyakini bahwa agama kita yang paling benar tanpa membenarkan keyakinan agama lain dan tanpa merendahkan agama lain.

Tulisan Populer
Tulisan Terbaru
Tulisan Terbaca